Rabu, 01 April 2009

Anak-anak Main Ketoprak

MENGISI liburan sekolah dengan beragam kegiatan, seperti rekreasi ke pantai, ke pemandian air panas, ke rumah saudara di kampung yang letaknya jauh dari keramaian kota bahkan banyak anak usia SD-SMP yang menghabiskan waktu dan uang di tempat penyewaan play station dan berbagai permaianan game zone di mall. Bersamaan mereka yang hiruk pikuk menghabiskan waktu dan uang di pusat permainan, ternyata di salah satu sudut kampung di dekat tambak wilayah Tegal Barat, ada sekelompok anak yang mengisi masa liburan dengan cara beda.

Kelima anak dimaksud, dua anak siswa kelas IV dan V SDN Tegal Sari 5, Wisnu dan Yanda. Dua orang lagi Dede dan Ade, siswa SDN Tegal Sari 12, sedangkan yang satunya siswa kelas VII SMPN 6 Tegal Sari, Awing.

“Sejak malam takbiran saya belajar adegan perang-perangan dan tarian kuda-kudaan untuk pentas ketoprak Ande-Ande Lumut,” kata Awing kepada NP, saat ditemui sebelum pentas, Kamis lalu.

Awalnya mereka sangat asing dengan kesenian daerah yang satu ini. Sebab ketoprak pada saat ini semakin hilang di telah peradaban modern. Keberadaannya sedang tiarap terus terinjak-injak kaki anak bangsa sendiri, akibat tergiur berbagai permainan dan budaya impor.

Terlepas dari kondisi itu, dengan suka ria anak-anak Tegal Barat mempraktikan aksi para prajurit kerajaan dalam sebuah adegan silat melawan musuh. Salah seorang menyerang dengan pukulan tangan kosong, sang lawan menangkis sambil memelintir tangan si penyerang lalu salah satu kakinya menelikung hingga musuh terjatuh. Tiba-tiba salah seorang kawannya mencoba membantu dengan gaya pendekar berilmu peringan tubuh. Dia menyerang disertai tendangan kaki sambil melayangkan tubuh kerempengnya. Karena yang diserang juga sangat sigap menghindar, maka penyerangpun jatuh terpuruk.

Hal yang menarik, pukulan, tendangan, jatuh terpelenting semuanya dilakukan dengan gerakan dan irama permainan yang apik serta tahu teknik. Sehingga yang mereka rasakan semata-mata asyik bukan rasa sakit.

Dalam pentas ketoprak itu, mereka hanya peran figuran. Yakni peran tambahan untuk menguatkan keberadaan para peran utama. Mereka menjadi para prajurit. Kehadiran mereka bukan perang untuk menang atau kalah. Melainkan bagaimana pentas itu bisa meriah, menghibur dan menggemaskan hati para penonton. Namanya juga anak-anak kan? Mereka juga sangat menghayati sepenuh hati permainan seni tradisional itu, semoga begitu kembali ke bangku sekolah, ada ektrkurikuler serupa yang membuat anak-anak semangat belajar berkesenian dengan suka cita tanpa ada paksaan ataupun sekedar untuk mendapat nilai rapor? (hamidin K)

Tidak ada komentar:

sapaan seksi

sapaan seksi